Perang Tiongkok-Jepang di Joseon Yang Berujung Damai

Ave Neohistorian !

Pada tahun 1592, Jepang melancarkan invasi ke Dinasti Joseon di Korea. Panglima Konishi Yukinaga diperintahkan untuk menjadikan Korea sebagai “polisi tidur” guna menaklukkan seluruh wilayah Tiongkok.

Dalam waktu 2 bulan, Yukinaga berhasil merebut Seoul (ibu kota Joseon) dan Pyongyang. Akibatnya, Raja Seonjo sang pemimpin Korea, yang sebelumnya mengungsi ke Pyongyang, harus melarikan diri sekali lagi. Yukinaga kemudian menyidirnya dengan mengirim surat yang kurang lebih seperti “Hayo! Mau lari kemana lagi?”.

Agresi yang dilakukan oleh Jepang membuat Tiongkok murka mengingat Joseon adalah negara vasal Tiongkok. Oleh karena itu, Tiongkok melayangkan bounty terhadap kepala para petinggi Jepang, termasuk Konishi Yukinaga. Mereka juga meyakinkan Raja Seonjo bahwa berlaksa-laksa tentara akan datang untuk membebaskan Korea.

Pada tahun 1593, Tiongkok akhirnya mengirimkan 43.000 tentara ke Korea di bawah komando Li Rusong. Meskipun berbeda dengan yang dijanjikan sebelumnya, jumlah mereka mengungguli jumlah tentara Jepang yang berjaga di Pyongyang.

Saat berhadapan dengan Jepang, Rusong dibuat kewalahan oleh kegigihan para samurai, bahkan nyaris tewas. Akibatnya, Rusong mengusulkan negosiasi damai untuk mencari jalan keluar. Jepang, yang juga kelelahan akibat serangan gerilya dan blokade laut yang dilakukan oleh Joseon, setuju untuk menempuh jalur tersebut.

Keputusan Tiongkok yang ingin berdamai dengan Jepang membuat Joseon sangat kecewa. Mereka sebenarnya bisa saja menyerah kepada Jepang sejak awal sebab mereka bukanlah target utama Jepang namun mereka enggan untuk melakukan itu demi melindungi Tiongkok.

Kekecewaan itu membuat Raja Seonjo sempat berencana untuk merusak proses negosiasi dengan menghabisi diplomat Jepang agar perang dapat kembali pecah. Namun, rencana itu batal dijalankan.

Pada akhirnya, negosiasi antara Tiongkok dan Jepang tidak berjalan baik sehingga perang kembali pecah pada tahun 1597.

Penulis: Jaisy M Fatih

Editor : Irene Monica

Sumber :

Swope, Kenneth M. (December 2002), “Deceit, Disguise, and Dependence: China, Japan, and the Future of the Tributary System, 1592–1596”, The International History Review, 24 (4): 757–1008

Baca artikel lainnya

+ There are no comments

Add yours