Argentina dan Caruk Maruk Perekonomiannya

Ave Neohistorian!

Argentina merupakan negara berkembang yang menjadi negara dengan ekonomi terbesar kedua di Amerika Selatan, setelah Brazil. Argentina merdeka dari Spanyol pada 9 Juli 1816.

Sebelum tahun 1880-an, Argentina merupakan daerah terpencil yang terisolasi dan sangat bergantung pada industri daging, wol, dan kulit hewan. Namun, setelah tahun 1880, Argentina mengalami perkembangan ekonomi yang pesat melalui ekspor ternak dan bahan baku biji-bijian, serta investasi dari Inggris dan Prancis. Selama periode lima puluh tahun ini, terjadi ekspansi ekonomi yang signifikan dan imigrasi besar-besaran dari Eropa.

Pada masa itu, Produk Domestik Bruto (PDB) Argentina meningkat sebanyak 7,5 kali lipat, dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 8% per tahun. Namun pertumbuhannya kemudian melambat. Dari tahun 1890 hingga tahun 1950, pendapatan per kapita Argentina sama dengan Eropa Barat, meskipun distribusinya tidak merata.

Selama Depresi Hebat pada tahun 1930-an, Argentina mengalami penurunan signifikan dalam PDB. Namun, setelah pulih, ekonomi tumbuh dengan moderat selama Perang Dunia Kedua. Argentina mencapai surplus kumulatif yang signifikan, dan sektor manufaktur melampaui sektor pertanian untuk pertama kalinya. Pada tahun 1940-an, pemerintahan populis Juan Perón menasionalisasi beberapa sektor ekonomi strategis, dan penerapan kebijakan pembangunan setelah tahun 1958 memberikan hasil positif.

Namun, ekonomi Argentina mengalami penurunan selama periode kediktatoran militer dari tahun 1976 hingga 1983, dan menghadapi krisis ekonomi yang parah pada tahun 2001. Setelah krisis tersebut, Argentina mengalami pemulihan ekonomi yang signifikan, yang didorong oleh kebijakan ekspansif, ekspor bahan mentah, dan program sosial yang diperkuat. PDB tumbuh dengan cepat hingga tahun 2011, meskipun mengalami fluktuasi pada tahun-tahun berikutnya.

Argentina juga menghadapi tantangan ekonomi, termasuk restrukturisasi utang yang kontroversial dan tingkat inflasi yang tinggi. Pada tahun 2018, pemerintah meminta bantuan dari Dana Moneter Internasional untuk mengatasi krisis keuangan. Tingkat inflasi tetap tinggi, mencapai tingkat tertinggi dalam 28 tahun pada tahun 2019.

Pada tahun 2020, pandemi COVID-19 berdampak pada ekonomi Argentina, dengan banyak usaha kecil dan menengah menghadapi kesulitan keuangan. Pada tahun 2023, tingkat inflasi melampaui 100% dari PDB, yang merupakan situasi yang tidak pernah terjadi sejak hiperinflasi pada tahun 1990-an.

Referensi:

Gómez, Georgina M. Argentina’s parallel currency: The economy of the poor (Routledge, 2015).

Taylor, Alan M. “The Argentina Paradox: microexplanations and macropuzzles.” Latin American economic review 27.1 (2018)

Baca artikel lainnya

+ There are no comments

Add yours