Soeharto dan Peternakan Tapos

Ave Neohistorian!

Pada masa Hindia Belanda, Perusahaan Belanda N.V. Cultuur Maatschappij mengolah Perkebunan Kina di lereng gunung Gede-Pangrango. Karena terbengkalai pada masa pendudukan Jepang, warga sekitar kemudian bercocok tanam disana.

Ketika dilakukan nasionalisasi pada perusahaan-perusahaan Belanda, lahan tersebut menjadi milik PN Perkebunan XI pada tahun 1957. Lahan tersebut berlokasi di desa Cibedug, Ciawi, Kabupaten Bogor.

Memasuki Orde Baru, Presiden Soeharto hendak mewujudkan swasembada pangan. Melihat potensi lahan milik PN Perkebunan XI tersebut, Soeharto hendak menjadikannya peternakan modern sekaligus pusat penelitian bibit sapi unggul. Soeharto kemudian mengkomunikasikan niatnya kepada Gubernur Jawa Barat, Solihin Gautama Purwanegara yang kemudian menyetujuinya. Setelahnya, lahan tersebut digusur dan petani-petani yang menggarap disana kemudian ‘diamankan’ oleh tentara.

Meski kondisi lahan seluas 750 hektar tergolong sulit dikelola. 48 ekor sapi awalnya dikerahkan untuk menghasilkan 4,5 ton kompos agar lahan menjadi subur. Setelah berbagai upaya dilakukan, PT. Rejo Sari Bumi selaku pemegang HGU berhasil meresmikan Peternakan Sari Silang Studi, atau “Tri-S Ranch” pada tahun 1973, yang lebih dikenal dengan “Peternakan Tapos”.

Terinspirasi saat Presiden Soeharto mengunjungi peternakan sapi di Australia, Peternakan Tapos kemudian menyilangkan Sapi Brahman Australia dengan Sapi lokal, yang mana berat hasil perkawinan silangnya dapat mencapai 3 Ton ketika dewasa. Selain beternak sapi, Peternakan Tapos juga memiliki perkebunan, pengolahan pakan ternak, dan pelbagai sarana dan prasarana pendukung.

Puncak kejayaan Peternakan Tapos terlihat pada tahun 1992, Presiden Soeharto bersama Menristek B.J. Habibie memperlihatkan 800 sapi dan 1700 domba saat menerima kunjungan PM Inggris Margareth Tatcher. Setelah Orde Baru tumbang, rakyat kembali memasuki tapos dan merebut kembali tanah yang pernah mereka garap. Kini, Peternakan Tapos masih beroperasi di sisa lahan yang tak diambil oleh rakyat.

Penulis: Jonathan Vivaldy

Editor : Irene Monica

Sumber :

Bachiadi, D. & Lucas, A. 2001. Merampas Tanah Rakyat: Kasus Tapos dan Cimacan. Jakarta: KPG.

Semua tanggapan:

336Suwandi Loo dan 335 lainnya

Baca artikel lainnya

+ There are no comments

Add yours