Ave Neohistorian!
Pada tahun 1938, Jepang berhasil menguasai pesisir timur Tiongkok dan membentuk tiga pemerintahan boneka, yakni Pemerintahan Reformis Republik Tiongkok (Zhōnghuá Mínguó Wéixīn Zhèngfu) di Nanjing, Pemerintahan Dadao di Shanghai (Shànghǎi Shì Dàdào Zhèngfǔ), dan Pemerintahan Sementara Tiongkok (Zhōnghuá Mínguó Línshí Zhèngfǔ) di Beijing.
Jepang ingin menyatukan tiga pemerintahan itu menjadi negara boneka Tiongkok. Kesempatan ini digunakan Wang Jingwei yang menghubungi Jepang dan mengajukan kesediaannya menjadi pemimpin boneka. Wang Jingwei adalah rival utama dari Chiang Kai Shek sejak lama dalam memperebutkan kekuasaan ditubuh partai Kuomintang. Wang Jingwei berpendapat bahwa Tiongkok bukanlah tandingan Jepang sehingga lebih baik mengalah, namun Kuomintang dan Komunis menilai Wang Jingwei sebagai pengkhianat.
Konsekuensinya, Wang dipecat dari Kuomintang oleh Chiang. Namun, Wang telah menyiapkan kudeta partai tanggal 28 Agustus 1939 melalui Munaslub KMT di Shanghai yang isinya menyerahkan daerah timur laut, Mongolia Dalam, Tiongkok utara, hilir sungai Yangtze, pesisir dan kepulauan Tiongkok selatan kepada Jepang. Dalam Munaslub itu, Wang diangkat sebagai Presiden rezim boneka Jepang yang bernama Pemerintahan Reorganisasi Nasional Tiongkok (Zhōnghuá Mínguó Guómín Zhèngfǔ). Wang kemudian berziarah ke Makam Sun Yat-sen untuk menegaskan bahwa dirinya adalah penerus mandat revolusi.
Nasib rakyat di bawah kekuasaan Wang Jingwei sangatlah memilukan di mana harga-harga meningkat akibat hiperinflasi, adanya diskriminasi yang mencolok antara orang Jepang yang hidup mewah dengan orang Tionghoa yang serba dipersulit dan industri-industri sepenuhnya dimonopoli oleh Jepang. Para Kempetai mengawasi rakyat dan banyak kamp serta penjara didirikan untuk menangkap dan menyiksa oposan. Pelbagai propaganda terus dilakukan oleh Jepang untuk memaksakan kultur budaya orang Tionghoa menjadi kejepang-jepangan. Warga Tiongkok juga direkrut menjadi tentara Jepang untuk menyerang sisa wilayah Tiongkok yang belum ditaklukkan Jepang.
Penulis: Jonatyan Vivaldy
Editor : adnan_rizki
Sumber :
Michael Wicaksono. Republik Tiongkok (1912-1949). Elex Media Computindo.
+ There are no comments
Add yours